PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGUNAKAN PETA KONSEP DENGAN YANG TIDAK
PADA KELAS XI PENJUALAN
SMK NEGERI 1 PARIAMAN
Oleh:
Nora Anggraini :2410.044
Dosen
pembimbing
Imamuddin, M.Pd
JURUSAN
TARBIYAH
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH
M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Matematika sebagai ratu atau ibunya ilmu
dimaksudkan bahwa matematika adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain. Banyak
ilmu-ilmu yang lain, banyak ilmu-ilmu
yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari matematika, sebagai contoh
penemuan dan pengembangan dari teori mendel
dalam biologi melalui konsep probalitas, teori ekonomi mengenai
permintaan dan penawaran yang dikembangkan melalui konsep fungsi dan kalkulus tentang diferensial dan integral. Kedudukan
matematika sebagai ratu ilmu pengetahuan
menyiratkan bahwa matematika itu sebagai suatu ilmu berfungsi pula untuk
melayani ilmu pengetahuan. Dengan perkataan lain, matematika tumbuh dan
berkembang untuk dirinya sendiri sebagai
suatu ilmu, juga untuk melayani kebutuhan
ilmu pengetahuan dalam perkembangan
dan operasionalnya[1]
.
Matematika adalah salah satu cabang ilmu
pengetahuan sangat besar perananya
dalam pembangunan bangsa. Semua orang harus mempelajari matematika karena merupakan
sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Matematika sangat penting, maka pemerintah selalu mengusahakan agar mutu pengajaran
matematika di sekolah lebik baik
dari masa sebelumnya. Untuk itu berbagai
usaha telah dilakukan, diantaranya melengkapi sarana dan prasarana, peningkatan kualitas guru,
melengkapi buku-buku perpustakaan sekolah sebagai pegangan untuk siswa serta mengembangkan dan
memperbaruhi kurikulum, bahkan sekarang ini telah disosialisasikan pada sekolah-sekolah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Pelajaran matematika berorientasi pada
proses, bukan semata-mata pada hasil. Maksudnya, pelajaran matematika tidak
hanya menekankan kepada kemampuan berhitung, tetapi yang lebih penting adalah pemahaman konsep.
Ini berarti siswa di tuntut untuk aktif
dalam kegiatan belajar
megajar dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya seperti mengamati,
menginterprestasikan, mengaplikasikan konsep-konsep untuk memecahkan masalah.
Jadi, yang paling dituntut adalah bagaimana siswa belajar konsep.
Dalam
Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan
bahwa: “Pendidikan merupakan kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan
yang diselenggarakan oleh suatu masyarakat/bangsa, maka akan diikuti dengan
semakin baiknya kualitas masyarakat/bangsa tersebut”. Sehingga Pendidikan
memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber
daya manusia, pentingnya pendidikan disebutkan oleh Allah dalam surah At-Taubah ayat 122 yang berbunyi:
Artinya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka
itu dapat menjaga dirinya”[2].
Berdasarkan surah At-Taubah ayat 122
di atas, jelas bahwa hukum dalam menuntut ilmu (pendidikan) adalah fadhlu
kifayah, dengan pendidikan juga menjadikan manusia memiliki derajat yang tinggi.
Allah juga telah menyebutkan dalam Al-Qur’an bahwa manusia
yang mencari ilmu pengetahuan akan ditinggikan derajatnya, sebagaimana dalam
al-Qur’an surat Al- Mujadillah ayat 11 yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan[3].
Begitulah Allah menyebutkan dalam Al- qur’an
akan meninggikan derajat orang yang menuntut ilmu, memperlihatkan betapa
pentingnya menuntut ilmu yang terjadi dalam pendidikan.
Berdasarkan informasi yang penulis
peroleh dari beberapa orang guru
mata pelajaran matematika SMK Negeri
1 Pariaman , terungkap bahwa siswa
cenderung untuk menghafal rumus-rumus yang diperolehnya dari guru,
tanpa mengerti makna yang terkandung
dari rumus-rumus tersebut. Dengan perkataan lain, belajar kurang
bermakna bagi siswa dalam memahami
konsep dan menghubungkan konsep-konsep yang relevan juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Hal
ini dapat kita lihat dari analisa tuntas
belajar matematika siswa kelas XI
Penjualan SMK Negeri 1 Pariaman Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan standar ketuntasan belajar mengajar.
Tabel
Rata-Rata Dan
Ketuntasan Klasikal Nilai Ulangan Harian
Kelas XI penjualan SMK Negeri 1 Pariaman
XI penjualan 1
|
XI Penjualan 2
|
|
Rata-rata
Ketuntasan klasikal
|
42,0
28,6%
|
45,7
11,4%
|
Berdasarkan uraian diatas, penulis
merasa prihatin dengan perkembangan matematika disekolah. Untuk mengatasi keadaan tersebut, perlu mengenakan startegi
mengejar yang sesuai agar siswa
mampu menguasai dan memahami konsep-konsep. Selama ini usaha yang telah dilakukan guru khususnya guru matematika kelas XI
Penjualan SMK Negeri 1 Pariaman adalah memperbanyak pemberian latihan agar
siswa terampil menggunakan rumus
dan dapat mengigatnya lebih lama. Untuk memperdalam pemahaman siswa terhadap
materi yang diajarakan guru memberikan
tugas dirumah dan dibahas pada pertemuan berikutnnya.
Agar usaha diatas menjadi lebik baik, maka guru hendaklah menjadi penghubung konsep dalam kategori yang
bermakna. Guru harus menyeleksi suatu konsep
dari materi pelajaran yang akan diajarkan dan kemudian menyusun peta konsep tentang
materi itu. Peta konsep yang telah disusun
itu digunakannya dalam proses belajar mengajar. Ini berarti guru telah
berusaha agar konsep- konsep yang
diajarkan saling berkaitan sehingga akan
membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep. Dengan
sendirinya akan timbul kebermaknaan dari
pelajaran yang diberikan guru.
Bertitik tolak dari uraian diatas,
penulis tertarik untuk meneliti apakah
pengunaan peta konsep dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan hasil belajar metematika siswa. Lengkapnya penelitian ini berjudul: “ Perbedaan Hasil Belajar
Matematika Siswa Yang Diajar Dengan Mengunakan Peta Konsep Dengan Yang
Tidak Pada Kelas XI Penjualan SMK Negeri 1 Pariaman “.
- Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran
matematika kurang bermakna bagi siswa.
2. Siswa
cenderunng menghafal rumus-rumus yang diperolehnya dari guru, tanpa mengerti
makna yang terkandung dalam rumus-rumus
tersebut.
3. Kurang
berhasilnnya metode pemberian tugas yang
sudah dilaksanakan guru kelas XI
Penjualan SMK Negeri 1 Pariaman
untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa
4. Hasil
belajar matematika siswa rendah karena
siswa sulit memahami konsep-konsep dalam
belajar matematika.
5. Diperlukannya
starategi pengajaran dengan mengunakan peta konsep
- Batasan Masalah
Menyadari akan keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga serta agar lebih
terfokusnnya penelitian ini dibatasi pada strategi pengajaran dengan mengunakan peta konsep pada kelas XI
Penjualan SMK Negeri 1 Pariaman
pada pokok bahasan barisan dan deret.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang
telah dikemukakan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
di rumuskan sebagai berikut: “
Apakah hasil belajar matematika siswa
yang tidak menggunakan peta konsep pada kelas XI Penjualan SMK Negeri 1 Pariaman?
- Tujuan Penelitian
Sejalan dengan latar belakang
masalah dan perumusan masalah dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan, penelitian yang penulis
lakukan bertujuan untuk melihat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar
dengan mengunakan peta konsep
pada kelas XI Penjualan SMK Negeri 1 Pariaman.
- Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai berikut:
1. Sebagai
bahan masukan bidang studi matematika
untuk dapat memberikan bimbinggan kepada
siswa dalam proses belajar mengajar matematika
dengan menekankan pada penguasaan konsep.
2. Sebagai
sumbangan pemikiran dalam usaha meningkatkan
mutu pendidikan, khususnya matematika dimasa yang akan datang.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Tentang Matematika
Berbicara mengenai matematika berarti mengkaji matematika sebenarnya. matematika terdiri dari empat wawasan yang luas yaitu :
aritmatika, aljabar, geometri dan analisis. Dimana dalam aritmatika
mencakup antara lain teori bilangan dan statistika[4]“.
Matematika ini merupakan suatu ilmu
yang berkenaan dengan ide-ide maupun konsep –konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis[5].
Jadi, untuk mempelajari matamatika itu haruslah bertahap dan berurutan
berdasarkan pengalaman belajar yang lalu.
Matematika mempelajari tentang pola
keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan. Hal ini dimulai dari
unsur-unsur yang tidak terdefinisikan (Undefided
Terms, Basic Terms,Primitif Terms) kemudian pada unsur yang didefenisikan ke aksioma/ postulat, dan akhirnnya pada teorema[6]
Sedangkan menurut Suherman mengatakan bahwa:
“Konsep-konsep
matematika tersusun secara hirarkis,
terstuktur, logis, dan sistematis mulai dari
konsep yang paling sederhana sampai
pada konsep yang paling kompleks. Dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar
untuk memahami topik atau konsep
selanjutnya”[7].
Guru akan menjadi lebih sensitif atau peka terhadap pentingnya penyegaran
ingatan tentang hakikat dari apa yang di
ajarkan sebelum memulai pengajaran suatu
konsep baru, setelah guru tersebut mempelajari hakikat matematika.
Berkenaan dengan belajar matematika
diperlukan kegiatan berfikir yang tinggi. Matematika mempunyai ciri yang
penting yaitu memiliki objek yang abstrak serta memiliki pola pikir yang deduktif dan konsisten. Hal
ini sesuai dengan pendapat Herman yaitu:
“
Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan
yang diatur secara logis, sehingga
matematika itu berkaitan dengan konsep
yang abstrak. Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan alasan
logis dengan mengunakan pembuktian
deduktif”.
1.
Belajar dan Pembelajaran
Ada beberapa pengertian belajar menurut beberapa pandangan. Secara
psikologis, “belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”[8]. Sementara itu, menurut
konsep sosiologi, “belajar adalah jantungnya dari proses sosialisasi”. Pengertian ini juga diperkuat oleh Skinner yang
berpendapat bahwa: ”belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif”[9].
Belajar
dapat membentuk, memodifikasi, serta dapat mengembangkan keterampilan,
kebiasaan, serta sikap seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman yang
menyatakan bahwa tujuan belajar itu ada tiga, yaitu untuk mendapatkan
pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap[10].
Sedangkan Fontana mengemukakan belajar adalah proses
perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari
pengalaman.
Menurut Erman Suherman pembelajaran
adalah upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar
tumbuh dan berkembang secara optimal[11].
Sedangkan menurut Oemar Hamalik menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran[12].
Jadi peranan guru dalam pembelajaran sangat penting. Guru berperan dalam
merancang kegiatan untuk membantu siswa dalam proses belajar. Guru harus dapat
mengusahakan suasana pembelajaran yang dapat menjadikan siswa aktif.
Ada tiga ciri khas yang terkandung
dalam sistem pembelajaran menurut Oemar Hamalik, yaitu:
a) Rencana,
ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan unsur-unsur
sistem pembelajaran dalam suatu recana khusus.
b) Kesaling
tergantungan (interdependence) antara unsur-unsur sistem pembelajaran
yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan
masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
c) Tujuan,
sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai[13].
Selain itu, menurut konsep komunikasi pembelajaran
adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru, siswa dengan
siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan
bagi siswa yang bersangkutan. Guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai
komunikasikan, dan materi yang dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu
pengetahuan[14]. Dalam
hal ini peran- peran tersebut dapat berubah antara guru dengan siswa dan
sebaliknya.
Berdasarkan teori- teori di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk
memperoleh suatu ilmu pengetahuan secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan pembelajaran adalah proses
komunikasi antara siswa dengan guru, dalam rangka perubahan sikap dan pola
pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa agar mereka dapat belajar sesuai
dengan kebutuhan dan minatnya. Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal yang
saling terkait satu sama lain, kegiatan belajar siswa akan terbimbing dan
terarah jika diiringi oleh proses pembelajaran bersama dengan guru sehingga
tujuan pembelajaran diperoleh secara maksimal.
2.
Pembelajaran Matematika
Pembelajaran
matematika merupakan pembelajaran yang diberikan kepada siswa sehingga ia mampu
menangkap suatu konsep kemudian siswa dilatih untuk membuat suatu perkiraan
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka, sehingga mereka mampu menerapkan
matematika dalam kehidupan sehari-hari atau pada ilmu pengetahuan lainnya.
Erman Suherman menjelaskan bahwa dalam pembelajaran matematika, para siswa
dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat
yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi)[15].
Tujuan umum pembelajaran matematika adalah memberikan penekanan pada
keterampilan dalam penerapan matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya[16].
Oleh karena itu, pembelajaran matematika sangat
penting dalam kehidupan dan juga merupakan ilmu penunjang bagi ilmu pengetahuan
lainnya.
3.
Pembelajaran Visual
Pembelajaran Visual adalah
pembelajaran dengan cara melihat. Bagi siswa yang
bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata atau
penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak atau
dititikberatkan pada alat peraga.
Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus
melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran.
Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka
berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat
dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran
bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai
detil-detilnya untuk mendapatkan informasi[17].
Ciri-ciri gaya belajar
visual :
a) Bicara
agak cepat
b) Mementingkan
penampilan dalam berpakaian/presentasi
c) Tidak
mudah terganggu oleh keributan
d) Mengingat
yang dilihat, dari pada yang didengar
e) Lebih
suka membaca dari pada dibacakan
f) Pembaca
cepat dan tekun
g) Seringkali
mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
h) Lebih
suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
i)
Lebih suka musik dari pada seni
j)
Mempunyai masalah untuk mengingat
instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk
mengulanginya [18].
Menurut
Lex Mc. Kee “kesuksesan alami berasal dari pemikiran visual. Para pemikir besar
disepanjang sejarah telah melukiskan gambar kata-kata untuk kita, bahkan
lukisan kata-kata serta berbagai karya seni yang membuat kita terpesona.
Melihat adalah meyakini, apabila kita bisa melihat sesuatu dimata pikiran kita,
kita bisa mempercayainya[19].
Menurut
Dave Meier, beberapa hal yang dapat dimanfaatkan untuk membuat pembelajaran
lebih visual yaitu:
a)
Bahasa
yang penuh gambar
b)
Grafik
presentasi yang hidup
c)
Benda
tiga dimensi
d)
Bahasa
tubuh yang dramatis
e)
Cerita
yang hidup
f)
Kresi
piktogram (oleh pembelajar)
g)
Ikon
alat bantu kerja
h)
Pengamatan
lapangan
i)
Dekorasi
berwarna-warni
j)
Periferal
ruangan
k)
Pelatihan
pencitraan mental[20]
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran visual akan
menarik, efektif dan efesien apabila menggunakan alat peraga sebagai media
pembelajarannya.
.
B. Tinjauan Tentang Peta Konsep
- Pengertian konsep dan peta konsep
Borne yang dikutip oleh Moh. Amien mengatakan
bahwa “ suatu konsep dapat dianggap sebagai suatu unit pikiran atau gagasan“.
Sedangkan wooddruf yang juga dikutip oleh
Moh. Amien menyatakan bahwa[21]:
“
Suatu konsep adalah : a) suatu ide atau gagasan yang relatif sempurna dan
bermakna, b) suatu pengertian yang berasal
dari cara seseorang memebuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengamatan”.
Menurut Ratna Willis Dahar konsep
merupakan dasar untuk berfikir, untuk
belajar aturan- aturan dan akhirnya
untuk memecahkan masalah. Ini berarti konsep merupakan dasar bagi proses mental yang
lebih tinggi untuk merumuskan
prinsip-prinsip dan generalisasi maupun
untuk memecahkan masalah.[22]
Bila dikaitkan dengan matematika maka
konsep adalah ide abstrak
yang dapat digunakan untuk
mengolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek[23].
Karena konsep matematika bersifat
abstrak maka dalam
megajarkannya tidak cukup hanya dengan memberikan defenisi saja. Tapi yang lebih penting
bagaimana agar siswa dapat memahami dan
akhirnya dapat mengaplikasikan
keberbagai permasalahan yang ditemukan. Putri yuanita Mengungkapkan bahwa:[24]
“
Dalam matematika mengajarkan suatu konsep merupakan hal yang penting karena sifat matematika yang sangat
terurut sehinga suatu konsep
akan dipakai terus-menerus pada konsep-konsep yang lain.
Maka akibatnya akan fatal bila terjadi kesalahan pemahaman pada awal pengajaran konsep matematika “.
Disamping itu,
Oemar Hamalik mengemukakan bahwa:
Kegunaan konsep
adalah:
1.
Mengurangi
kerumitan lingkungan
2.
Membantu
kita untuk mengidentifikasi objek- onjek
yang ada
3.
Membantu
kita untuk mempelajari yang baru, lebih luas dan lebih maju
4.
Mengarahkan
kegiatan instrumental
5.
Memungkinkan
untuk melaksanakan pengajaran
6.
Untuk
mempelajari dua hal yang berbeda dalam
kelas yang sama.
Ada
tujuh langkah yang perlu diikuti dalam
mengajarkan konsep, yaitu:
a.
Menetapkan
prilaku yang diharapkan diperoeleh oleh siswa setelah mempelajari konsep
b.
Menguranggi
banyaknya atribut yang terdapat dalam konsep
yang komplek dan menjadi atribut-atribut
yang dominan.
c.
Menyediakan
mediator verbal yang berguna bagi siswa
d.
Memberikan
contoh-contoh yang positif dan yang
negatif mengenai konsep
e.
Menyajikan
contoh-contoh
f.
Sambutan
siswa dan penguatan (reinforcement)
g.
Menilai
belajar konsep[25]
Pendapat tersebut menjelaskan bahwa
pemahaman konsep dalam pengajaran matematika
sangat penting. Sesuai dengan
pendapat Ausubel yang dikutip oleh Ratna Willis yang menyatakan bahwa: “
belajar akan mempunyai kebermaknaan yang
tinggi dengan menjelaskan hubunggan antara konsep-konsep “. Jadi, konsep
dipahami melalui hubungan atau
interaksinya dengan konsep-konsep
lain.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru agar siswa belajar
lebih bermakna adalah dengan mengunakan peta konsep. Ratna willis Dahar mengemukakan bahwa melalui peta konsep
dapat diperlihatkan bagaimana konsep itu
saling berkaitan satu sama lainnya.
Sehingga siswa dapat melihat materi
pelajaran itu lebih jelas dan
mempelajarinya lebih bermakna.[26]
Dengan memahami konsep-konsep, maka
manusia dapat mengolongkan sesuatu, misalnya menurut warna, jumlah, bentuk dan sebagainya.
Jika konsep dirangkaikan dan dihubungkan satu sama lainya dalam bentuk proposisi, maka akan
terbentuklah peta konsep. Novak yang dikutip Ratna Wilis Dahar menyatakan bahwa: “ Peta konsep adalah suatu
alat berupa skema yang digunakan untuk
menyatakan hubungan yang bermakna antara
konsep-konsep dalam bentuk proposisi”.
Proposisi menurut Ratna Willis Dahar
adalah “ Dua atau lebih konsep yang
dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu
unit”.
Peta konsep memegang peranan penting dalam
belajar bermakna . dengan peta konsep siswa dilatih berfikir. Siswa
diminta untuk memikirkan konsep-konsep atau kejadian yang telah mereka ketahui.
Belajar bermakna lebih mudah
berlangsung bila konsep-konsep yang inklusif yaitu konsep pokok yang sifatnya lebih umum diurutkan. Peta konsep harus disusun
secara hirarki, ini berarti konsep yang lebih inklusif
ada dipuncak peta,makin kebawah
konsep-konsep itu diurutkan menjadi yang kurang inklusif. Untuk lebih jelasnya
berikut ini diberikan salah satu contoh
peta konsep pokok bahasan barisan dan deret.
![]() |
Gambar.
Bagan peta konsep tentang Barisan dan Deret.
Dari gambar terlihat bahwa konsep
barisan dan deret merupakan konsep yang
paling inklusif. Dimana antara barisan dan deret dapat kita pecah menjadi dua
yaitu, barisan, deret. Kemudian ada
konsep yang kurang inklusif yaitu barisan dan juga deret dapat kita bagi menjadi aritmatika, geometri.
Dan begitulah seterusnya.
- Ciri-ciri peta konsep
Ratna
Willis Dahar mengemukakan ciri-ciri peta
konsep berikut:
a.
Peta
konsep atau pemetaan adalah suatu cara untuk
memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi suatu bidang studi, apakah
itu bidang studi fisika, kimia, matematika, sejarah dan lain-lain
b.
Peta
konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi yang
dapat memperlihatkan hubunggan-hubunggan proposional antara konsep-konsep
c.
Tidak
semua konsep mempunyai bobot yang sama, berarti ada konsep yang lebih inklusif
terdapat pada puncak peta, lalu menurun hingga konsep-konsep yang lebih khusus
dan contoh-contohnya.
d.
Bila
dua atau lebih konsep digambarkan dibawah suatu konsep yang lebih inklusif,
terbentuklah hirarki peta konsep itu.[27]
Untuk membuat peta konsep dengan benar
selain mengetahui ciri-ciri peta konsep
yang dikemukakan diatas, juga perlu dilihat cara membuat peta konsep. Ada lima
langkah dalam membuat peta konsep, yaitu:
1.
Pilih
suatu bacaan dari buku yang relevan
2.
Tentukan
konsep-konsep yang relevan
3.
Urutkan
konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang tidak inklusif atau
contoh-contoh
4.
Susunlah
konsep-konsep itu diatas kertas, mulai dengan konsep yang paling inklusif di
puncak peta ke konsep yang paling tidak inklusif
5.
Hubungkan
konsep-konsep itu dengan kata-kata atau kata-kata penghubung
Jelaslah bahwa menyusun peta konsep ada beberapa langkah yang
sistematis, sehingga nantinya didapatkan suatu bentuk peta konsep yang mudah
dipahami baik oleh guru maupun oleh
siswa.
Selanjutnya untuk menentukan kemampuan
dalam menyusun peta konsep, maka dikemukakan beberapa kriteria peta konsep yang
baik secara berikut:
a)
Proposisi,
yaitu hubunggan yang bermakna diantara konsep yang satu dengan konsep yang lain
b)
Hirarki,
yaitu menunjukkan adanya konsep yang paling spesifik diletakan dibawah konsep
yang umum
c)
Garis
Hubung yaitu menunjukkan adanya kaitan antara bagian yang satu dengan bagian
yang lain
d)
Contoh,
yaitu menyangkut suatu kejadian, objek, ataupun nama sacara tepat dan spesifik
Dari uraian diatas dapat diperoleh suatu
acuan yang mudah dalam membuat suatu peta konsep.
- Hubunggan pengajaran mengunakan peta konsep dengan hasil belajar matematika
Telah diketahui bahwa hasil belajar
terbentuk oleh pengalaman belajar yang dimanifestasikan dalam bentuk perubahan
dalam diri subjek yang belajar. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku
secara menyeluruh yang terdiri dari unsur kognitif, efektif, dan psikomotor
secara terpadu pada diri siswa. Dengan demikian hasil belajar dapat dijadikan
tolak ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui,
memahami dan mengingat materi pelajaran.[28]
Untuk memudahkan memahami dan mengingat
suatu konsep, terlebih dahulu siswa harus bisa memahami setiap konsep dan
mengetahui hubungan antara konsep-konsep itu. Untuk mencapai hal ini dapat
digunakan peta konsep. Karena dengan peta konsep dapat dilihat hubunggan
beberapa konsep yang dapat meningkatkan daya ingat siswa.
Peta konsep membuat jelas bagi siswa dan
guru terhadap sejumlah ide-ide kunci yang harus mereka fokuskan untuk tugas
belajar spesifik. Setelah tugas belajar selesai peta konsep disediakan sebagai ringkasan berupa skema dari apa yang
telah mereka pelajari. Berdasarkan pernyataan diatas, berarti dengan adanya peta konsep sebagai rangkuman
terhadap materi pelajaran yang berisi konsep-konsep itu, maka siswa dapat “
melihat” materi pelajaran itu lebih
jelas dan mempelajarinya bermakna.
Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan, jelas bahwa peta konsep berperan penting dalam usaha meningkatkan
hasil belajar siswa. Dengan peta konsep siswa dilatih untuk berfikir dan dituntut
untuk memikirkan konsep-konsep atau
kejadian- kejadian yang telah mereka ketahui untuk dihubungkan
konsep-konsep yang diberikan oleh guru. Belajar
seperti ini merupakan salah satu
cara untuk terlaksananya belajar bermakna. Dengan demikain, pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran akan meningkat dan akhirnya akan diperoleh hasil
belajar yang lebih baik.
C. Kerangka konseptual
Cara belajar siswa yang bersifat hafalan
akan menimbulkan verbalisme, dimana mereka hanya dapat menyatakan pelajaran
diluar kepala, tanpa bisa memahami isi dan artinya. Kebiasaan ini tidak cocok
lagi dipakai, khususnya pada pelajaran matematika yang merupakan konsep yang
teroganisir. Jika salah satu materi tidak dipahami oleh siswa dengan baik maka
materi yang ditunjangnya juga akan sulit untuk dipahami.
Peranan guru sangat penting dalam
meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi yang diajarkan. Hal ini
terlepas dari kemampuan guru dalam
merancang dan mengelola proses pengajaran. Sehingga siswa memahami pelajaran dengan baik. Salah satu usaha yang
dapat dilakukan guru untuk meningkatkan pemahaman siswa adalah dengan mengunakan peta konsep.
Peta konsep memegang peranan penting
dalam belajar bermakna, dengan peta
konsep siswa dilatih berfikir untuk
menyusun konsep-konsep mulai dari umum
sampai yang ke khusus tentang materi
yang sedang dipelajari. Selain itu peta konsep dapat mendukung daya ingat siswa
dalam belajar, karena susunan bagannya yang menarik, sehingga siswa dapat
memahami materi pelajaran dengan baik untuk memeperoleh hasil belajar yang
lebih meningkat.
Untuk melihat bagaimana perbedaan hasil
belajar siswa yang diberikan peta konsep dengan yang tidak, maka dibandingkan
hasil belajar siswa yang diberikan peta
konsep pada kelas eksperimen dan hasil belajar siswa yang tidak diberi peta
konsep pada kelas kontrol. Berdasarkan uraian diatas dapat dibuat kerangka
penelitian sebagai berikut:
![]() |
D.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: “
Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan mengunakan peta konsep lebih baik dari pada hasil belajar matematika
siswa yang tidak mengunakan peta konsep.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan masalah dan hipotesis yang
penulis kemukakan maka, jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
metode eksperimental. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan
dengan cara mengenakan pada kelompok eksperimen kondisi perlakuan dan
membandingkan dengan kelompok yang tidak dikenai kondisi perlakuan.[29]
Pada penelitian ini dilakukan terhadap dua kelompok yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Proses pembelajaran kelas diberikan materi yang sama. Pada kelas eksperimen siswa diberi
pengajaran dengan mengunakan peta konsep, sedangkan kelas kontrol pengajarannya tidak mengunakan
peta konsep. Pada akhir penelitian ini, kelas eksperimen dan kelas kontrol
diberi tes akhir untuk melihat hasil belajarnya.
B. Rancangan Penelitian
Model rancangan
penelitian yang digunakan adalah Rondomized
Control Group Only Design. Menurut Sumadi Suryabrata dapat digambarkan sebagai berikut:[30]
Tabel
Rancangan
Penelitian
Group
|
Pretest
|
Treatment
|
Post
test
|
Eksperimen
|
-
|
X
|
T
|
Kontrol
|
-
|
-
|
T
|
Keterangan:
X = Perlakuan dengan
mengunakan peta konsep
T = Tes Akhir diberikan pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
C.
Populasi
dan Sampel
1.
Populasi
Sebelum penulis melakukan penelitian
maka terlebih dahulu ditentukan populasi penelitian. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas XI Penjualan SMK Negeri 1 Pariaman tahun
pelajaran 2011/2012.
Tabel
Jumlah siswa Kelas XI Penjualan SMK Negeri 1 Pariaman
Tahun 2011/2012
Kelas
|
Jenis
kelamin
|
Jumlah
|
|
Pria
|
Wanita
|
||
XI
.PJ 1
|
0
|
28
|
28
|
XI
.PJ 2
|
0
|
35
|
35
|
JUMLAH
|
0
|
63
|
63
|
2.
Sampel
Menurut Sudjana mengatakan bahwa : “ Adapun
sebagian yang diambil dari populasi disebut sampel”. Sesuai dengan rancangan
penelitian dibutuhkan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Karena populasi dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, maka
pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling.[31]
Untuk menentukan apakah sampel homogen
dan berdistribusi normal maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengambil
data nilai matematika pada rapor
semester 1 siswa Kelas XI Penjualan SMK Negeri 1 Pariaman
2. Menghitung
rata-rata dan simpangan baku nilai matematika pada rapor semester 1 siswa Kelas
XI Penjualan SMK Negeri 1 Pariaman
3. Melakukan
uji coba normalitas dengan uji Lilliefors. Untuk kelas XI penjualan 1 didapat L0
= 0,1508 dan LTabel = 0,1610. Sedangkan untuk kelas XI penjualan 2
didapat L0 = 0,1136 dan LTabel
= 0,498 untuk tingkat kepercayaan 95%. Karena L0 < LTabel
maka kedua kelas berdistribusi normal
4. Menguji
homogenitas varians populasi dengan uji Bartllet sesuai dengan rumus yang
dikemukakan Sudjana:[32]
a. Menghitung
variansi gabungan dari sampel-sampel

Dimana:
Ni = banyak siswa kelas ke –i
Si = variansi kelas ke-i
b. Menentukan
harga satuan Bartllett dengan rumus:
B=
(
) 


c. Menentukan
harga chi-kuadrat dengan rumus:
X2 = (ln 10) {B-
(
) } dengan ln 10 = 2, 3026


Membandingkan
X2 hitung dengan X2tabel
dengan taraf nyata
. Berdasarkan
hasil analisis dari data diperoleh X2 hitung = 3,34, sedangkan X2tabel = 3,84 pada tingkat kepercayaan 95%.
Berdasarkan hasil analisis terlihat
bahwa populasi mempunyai variansi yang
homogen.

5. Melakukan
uji kesamaan rata-rata dengan mengunakan teknik anava satu arah. Berdasarkan
perhitungan didapat nilai Fhitung = -133,90, sedangkan Ftabel =4,00
pada taraf kepercayaan 95% Fhitung < Ftabel
yang berarti tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata rapor
matematika siswa kelas XI Penjualan SMK Negeri
1 Pariaman pada tingkat kepercayaan 95% .
6. Untuk
menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara acak yaitu
dengan mengunakan undian yang memakai koin rp 500,00. Gambar ditetapkan
sebagai kelas XI penjualan 1 , sedangkan
angka ditetapkan sebagai kelas XI penjualan 2. Koin tersebut dilemparkan dan
ditangkap. Kemudian gambar yang keluar
ditetapkan sebagai kelas eksperimen, sehingga kelas yang satunya lagi
ditetapkan sebagai kelas kontrol.
Ternyata setelah dilakukan pengundian
maka gambar yang keluar, jadi yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas XI Penjualan
1, sedangkan untuk kelas kontrol adalah kelas XI Penjualan 2.
D. Variabel dan Data
- Variabel
variabel adalah objek penelitian atau
apa yang menjadi titik suatu penelitian.
Variabel dalam penelitian ini adalah pengajaran matematika dengan mengunakan
peta konsep dan hasil belajar metematika siswa yang dicapai dari kedua kelas
sampel.[33]
- Jenis dan Data Sumber
a. Jenis Data
Data primer adalah data yang langsung
diperoleh dari sumber penyelidikan untuk tujuan yang khusus. Sedangkan data
sekunder adalah data yang telah terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh
penyelidik sendiri.
Data dalam penelitian ini adalah :
1.
Data Primer
Dalam penelitian ini data primer berupa
data yang didapat dari tes pengetahuan awal yang diperoleh sebelum pelaksanaan
eksperimen dan hasil belajar siswa pada tes akhir pokok barisan dan deret.
2.
Data sekunder
Dalam penelitian ini data sekunder adalah data tentang jumlah siswa dan nilai
matematika semester 1 siswa kelas XI Penjualan SMK Negeri 1 Pariaman, dan
keadaan siswa yang menjadi sampel penelitian.
b. Sumber Data
Sumber
data dalam penelitian ini adalah:
1. Tata
usaha SMK Negeri 1 Pariaman, untuk memperoleh data tentang jumlah dan nilai matematika semester 1 siswa
kelas XI penjualan SMK Negeri 1 Pariaman, dan keadaan siswa yang menjadi sampel
penelitian
2. Guru
matematika kelas untuk memperoleh nilai rapor matematika semester
3. Siswa
yang menjadi sampel penelitian, untuk memperoleh data tentang hasil belajar
matematika.
E. Instrumentasi
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah tes hasil belajar matematika, dibuat dengan berpedoman kepada GBPP 1994
(suplemen 1999) dan dikonsultasikan
terlebih dahulu dengan guru matematika yang menjadi tempat penelitian.
Tes yang digunakan adalah tes akhir yang diberikan setelah pokok bahasan
selesai diajarkan. Tes akhir diberikan untuk mendapatkan data tentang hasil akhir
belajar matematika siswa. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1)
Menyusun
Tes
Adapun langkah-langkah yang dilakukan
dalam menyusun tes tersebut dilakukan adalah sebagai berikut:
- Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu mendapatkan hasil belajar siswa
- Membuat batasan terhadap bahan pengajaran yang akan di uji
- Menyusun kisi-kisi tes hasil belajar
- Menulis butir-butir soal yang akan di ujikan, yaitu pokok bahasan barisan dan deret
- Menyusun soal-soal dalam bentuk tes.
Butir
soal yang diujikan dalam bentuk essay yang berjumlah 10 soal
2) Melaksanakan Uji Coba Tes
Hasil dari suatu penelitain dapat
dipercaya apabila data yang digunakan sudah betul-betul akurat atau sudah
memiliki validitas, indeks kesukaran, daya pembeda dan reabilitas tinggi. Agar soal yang
disusun itu memiliki kriteria sebagai soal yang baik, maka soal tersebut perlu
diuji cobakan terlebih dahulu dan kemudian dianalis untuk mendapatkan mana soal yang memenuhi kriteria dan mana
yang tidak memenuhi kriteria. Karena kurikulum yang dipakai adalah KTSP, maka
yang belajar tentang barisan dan deret pada semester ini hanyalah SMK Negeri 1 Pariaman. Uji coba ini dilakukan setelah diperoleh
keterangan dari guru mata pelajaran matematika di SMK Negeri 1 Pariaman bahwa
penjualan dan jurusan administrasi
perkantoran mempunyai tingkat
kemampuan yang sama.
3)
Melakukan Analisa Item
Setelah dilakukan uji coba maka
dilakukan analisis item untuk mendapatkan
kualitas soal yang baik. Menurut Sutrisno sebagai berikut:
“
Maksud dari pada mengadakan analisis item adalah untuk menilai kemampuan
tiap-tiap item. Dengan analisis item kita dapat membuktikan secara empiris suatu item yang kita kira baik benar –benar baik dalam kenyataannya”.[34]
Dalam
melakukan analisis item ada 4 hal yang
harus diperhatikan yaitu sebagai
berikut:
a) Validitas Tes
Validitas tes adalah tingkat ketepatan
tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa
yang seharusnya di ukur. Untuk mengetahui valid
atau tidaknya suatu tes cukup dianalisa
dengan validitas isi atau validitas kurikulum.
Penulisan soal tes penulis lakukan sesuai dengan silabus yang
materinya tentang barisan dan deret. Kemudian tes penulis dengan guru mata
pelajaran matematika kelas XI Penjualan
1 SMK Negeri 1 Pariaman tempat penulis melaksanakan penelitian.
b) Indeks Pembeda Soal
Praktiknyo Prawinegoro menyatakan bahwa menghitung indeks
kesukaran soal dan indeks pembeda soal caranya
adalah data diurutkan dari nilai
tertinggi sampai nilai yang terendah. Kemudian diambil 27% dari kelompok yang mendapat nilai yang terendah. Untuk
menentukan indeks pembeda (lp) pada soal tes bentuk essay digunakan rumus
yaitu:[35]
lp
= 

dimana
:
lp = indeks pembeda





Kriterianya
adalah soal dikatakan mempunyai daya pembeda yang signifikan jika lphitung
lptabel. Tabel yang digunakan Critical
Ratio Determinan Significant Of Statistic
dengan derajat kebebasan df = (
nt-1) + (nr-1)

Df
= (9-1) + (9-1)
= 8 + 8
= 16
Dari
perhitungan diperoleh lp sebagai beriut:
Tabel
Indeks Pembeda
Soal
Nomor
soal
|
Lp
|
2a
|
2,813
|
2b
|
3,72
|
3a
|
2,20
|
3b
|
5,03
|
3c
|
2,72
|
4a
|
2,23
|
4b
|
3,05
|
4c
|
14,10
|
5
|
2,88
|
Dari
hasil diatas, soal semua tergolong signifikan.
c. Indeks Kesukaran Soal
Agar tes dapat dipergunakan secara luas,
setiap soal harus diselidiki tingkat kesukarannya, yaitu soal termasuk soal yang mudah, sedang atau sukar. Untuk
menentukan indeks kesukaran digunakan rumus
yaitu:[36]
lk =
x 100%

Dimana:
Lk
=indeks kesukaran soal
Dt
= jumlah skor dari kelompok tinggi
Dr
= jumlah skor dari kelompok rendah
M
= jumlah setiap skor jika benar
n = 27 % x sampel
ketentuan
soal:
a.
Soal dinyatakan sukar jika 0
lk
27%


b.
Soal dinyatakan sedang jika 27%
lk
73%


c.
Soal dinyatakan mudah jika 73% < lk
Dari
perhitungan diperoleh lk sebagai berikut:
Tabel
Indeks Kesukaran
Soal
Nomor
soal
|
Lp
|
1
|
77%
|
2a
|
70%
|
2b
|
74%
|
3a
|
71%
|
3b
|
81%
|
3c
|
62%
|
4a
|
55%
|
4b
|
64%
|
4c
|
51%
|
5
|
50,6%
|
Maka dari hasil diatas soal yang tergolong
sedang 7 buah yaitu nomor 2a,3a,3c, 4a, 4b, 4c, 5 dan soal yang tergolong mudah
3 buah yaitu 1,2b, dan 3b.
Setiap
soal yang telah dianalisa perlu diklasifikasikan menjadi soal yang tetap dipakai, deviasi atau
dibuang. Klasifikasikan soal tersebut adalah:[37]
a. Soal yang baik dan
tetap dipakai jika:
lp signifikan dan
0% <lk<100%
b. Soal direvisi/ diperbaiki jika:
·
lp signifikan, lk = 100% atau lk = 0%
·
lp signifikan dan
0% < lk < 100%
c. soal diganti/ dibuang jika:
lp tidak
signifikan jika lk =0% atau lk = 100%
berdasarkan indek pembeda dan kesukaran soal, maka:
Tabel
Klasifikasi soal
No soal
|
lp
|
Signifikan lp
|
lk
|
Taksiran lk
|
Ket
|
1a
2a
2b
3a
3b
3c
4a
4b
4c
5
|
2,81
3,72
2,20
5,03
2,72
2,23
2,84
3,05
14,10
2,88
|
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
|
77%
70%
74%
71%
81%
62%
55%
64%
51%
50,6%
|
Mudah
Sedang
Mudah
Sedang
Mudah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
|
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
|
Maka
dari hasil di atas, semua soal dipakai.
d. Reabilitas Tes
Untuk menentukan reabilitas soal
berbentuk essay digunakan rumus alpha
seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto sebagai berikut :[38]




Dimana:

K
= banyak butir soal


N
= jumlah peserta


Dengan kriteria perhitunggan :
0,80
< 1,00: reliabilitas sanggat tinggi


0,60
< 0,80 : reliabilitas tinggi


0,40
< 0,60 :
reliabilitas sedang

0,20
< 0,40 : reliabilitas rendah


0
: reliabilitas
sangat rendah

F. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah
untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah:
- Tahap Persiapan
Sebelum
proses belajar mengajar berlangsung maka terlebih dahulu di persiapkan hal-hal sebagai berikut:
a)
Jadwal kegiatan penelitian
b) Mempersiapkan
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) silabus dan RPP yang
penulis persiapkan berdasarkan KTSP
untuk SMK kelas XI dengan pokok bahasan barisan dan deret. Selain
penulis berpedoman kepada kurikulum, penulis juga mengkonsultasikan dengan guru mata pelajaran matematika SMK
Negeri Pariaman
c) Peta
konsep sesuai dengan materi yang akan diajarkan
d) Menetapkan
kelas yang menjadi sampel dalam penelitian kelas yang terpilih menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI penjualan 1 sebagai kelas
eksperimen dan kelas XI penjualan 2 sebagai kelas kontrol.
e)
Mempersiapkan tes akhir
Butir tes yang penulis susun sesuai dengan materi yang akan penulis ajarkan selama penelitian
dengan membuat kisi-kisinya terlebih
dahulu. Bentuk tesnya adalah essay yang berjumlah 10 buah. Setelah tes di uji
cobakan pada kelas XI administrasi perkantoran SMK Negeri 1 Pariaman dan tes
tersebut dianalisis ternyata semua soal terpakai.
- Tahap Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar
Pelaksanaan
proses belajar mengajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan oleh penulis sendiri selama 24 jam
pelajaran ( 7 minggu) yaitu sejak tanggal11 oktober 2012 sampai tanggal 18 oktober
2012 dengan jadwal masing-masing kelas
sebagai berikut:
Jadwal
penelitian kelas sampel
Hari
|
Waktu
|
|
Kelas
eksperimen
|
Kelas
kontrol
|
|
Kamis
Sabtu
|
07.15-08.45
08.45-10.15
|
13.00-14.00
14.45-16.15
|
Proses belajar mengajar dikedua sama, hanya dibedakan dalam teknik mengajar
yaitu kelas eksperimen mengunakan peta
konsep, sedangkan kelas kontrol tidak mengunakan peta konsep. Adapun pelaksanaan penelitian
pada kedua kelas ini penulis uraikan sebagai berikut:
a) Kelas Eksperimen
Peda kelas eksperimen materi diajarkan
dengan menggunakan peta konsep di mana
sewaktu membuka pelajaran ( untuk memulai materi baru), guru menjelaskan
bagian-bagian yang akan di pelajari
dengan mengunakan peta konsep yang belum lengkap. Peta konsep yang belum
lengkap adalah peta konsep yang masih berupa konsep-konsep umum, yang
mengambarkan bagian-bagian yang akan
dipelajari. Jika guru telah selesai
mengunakan konsep umum, maka dengan metode diskusi siswa dibimbing oleh guru untuk melengkapi peta konsep
tersebut dengan konsep-konsep yang lebih khusus. Begitu seterusnya sampai
terbentuk peta konsep yang utuh. Peta konsep dibuat pada kertas koran.
b.
Kelas Kontrol
Pada kelas kontrol materi diajarkan
tanpa menggunakan peta konsep. Di mana sewaktu membuka pelajaran untuk memulai
materi baru, guru menjelaskan
bagian-bagian pokok bahasan yang
akan dipelajari melalui metode ceramah. Selanjutnya siswa dibawah bimbingan
guru mendiskusikan materi tanpa menggunakan peta konsep.
Diakhir proses belajar mengajar
sebagaimana biasanya guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan
dengan metode tanya jawab tanpa
bantuan peta konsep. Begitu seterusnya sampai akhir pokok bahasan.
- Tahap Pelaksanaan Tes Akhir
Tes akhir dilaksanakan setelah pokok
bahasan barisan dan deret berakhir, yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana hasil belajar matematika
siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Tes akhir dilakukan pada hari yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol . tes akhir penulis berikan pada hari kamis tanggal 18
Oktober 2012.
G. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data tes akhir bertujaun
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara
kelompok siswa eksperimen dan kelompok kontrol .
Teknik analisa data yang penulis gunakan
adalah analisa perbedaan dengan menggunakan
rumus t-test. Dalam mengelola data ini penulis melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menentukan
rata-rata hasil akhir belajar masing-masing kelompok, simpangan baku dan
varians
2. Uji
normalitas.
Untuk
melihat apakah hasil belajar siswa berdistribusi normal atau tidak, maka
digunakan uji Lilliefors. Langkah
pengujiannya mengikuti prosedur yang
dikemukakan Sudjana yaitu :[39]
a.
Menyusun skor mentah hasil belajar dalam
suatu tabel skor . disusun dari yang
terkecil sampai yang terbesar X1,
X2,........ X1
b.
Skor mentah tersebut dijadikan skor baku
Z1, Z2, ............ Zn dengan mengunakan
rumus:

Dimana:
S = Simpangan Baku

Xi = Skor dari tiap
soal
c.
Dengan mengunakan daftar distribusi
normal baku kemudian dihitung peluang F(Z1 ) = P (Z Z1)
d.
Selanjutnya dihitung proposisi Z1,
Z2, ............ Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1. Jika proposisi ini dihitung peluang
oleh S (Z1) maka :

e.
Hitung selisih F(Z1 ) - S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
f.
Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.
Dan sebutkan nilai yang terbesar l0.
g.
Setelah harga l0 nilai hasil perhitungan
tersebut dibandingkan dengan nilai kritik l untuk diuji Lilliefors dengan taraf
signifikan
. bila harga l0 lebih kecil dari ltabel
(l0< ltabel) maka data tersebut berdistribusi normal,
berarti diterima. Sedangkan bila l0
lebih dari ltabel ltabel > l0) maka data tersebut tidak berdistribusi
normal, berarti H0 ditolak.

3.
Uji homogenitas varians
Uji homegenitas bertujuan untuk melihat
apakah data yang berasal dari kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen
atau tidak. Yang akan H0 =
=
dan H1 =
>
, dimana
dan
simpangan baku dari masing-masing kelompok.
Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Barlett menurut Sudjana.[40]






Langkah-langkahnya:
a.
Mengunakan nilai rata-rata
dan Standart Deviasai dari masing-masing
kelas.

b.
Menentukan varians gabungan semua sampel
c.
Menghitung harga satuan Bartllet
d.
Chi kuadrat
dan
membandingkan dengan
, pada tingkat kepercayaan
. Apa bila
<
(homogen) dan
>
( tidak homogen).







4.
Pengujian hipotesis
Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui
apakah hasil belajar matematika siswa
yang pembelajarannya mengunakan peta
konsep lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya
tidak mengunakan peta konsep. Hipotesis yang akan di uji adalah H0
:
=
dan H0 :
>
dengan
merupaka rata-rata hasil belajar matematika kelas eksperimen dan
merupakan rata-rata hasil belajar matematika kelas kontrol. Uji hipotesis
digunakan uji t-test .





a.
Jika data yang berdistribusi normal dan
homogen maka digunakan:


keterangan :


S : variansi kedua kelas sampel




Kriteria
pengujian adalah:
1. Terima H0 jika t <
dimana
didapat dari daftar distribusi t dengan derajat kebebasan
(dk) = ( n1 + n2 -2) dan peluang (1-
).



2. Tolak H0 jika t
dimana
didapat dari daftar distribusi t dengan derajat kebebasan
(dk) = ( n1 + n2 -2) dan peluang (1-
).




b.
Jika data berdistribusi normal dan tidak
homogen maka digunakan uji:

Kriteria
pengujian data adalah terima
jika


Dengan
dan 






Kriteria
pengujian : H0 ditolak jika
t



Daftar
Pustaka
Amien,
Moh. (1997). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) dengan
Menggunakan Metode Discovery dan
Inquiry. Jakarta : Depdikbud
Arikunto, Suharsimi.
(2002). Manajemen Penelitian . Jakarta
: Rineka Cipta.
Dahar.
Ratna willis. (1989). Peranan Peta Konsep
Dalam Belajar Mengajar.
Mimbar
pendidikan : IKIP Padang.
Hamalik,
Oemar.(2001). Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan
Belajar.
Bandung:
Tarsito.
Hudoyo, Herman.(1998). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud
Prawironegoro,
Praktiknyo.(1985). Evaluasi Mengajar Khusus Analisis Soal
Bidang Studi Matematika.
Jakarta: P2LPTK.
Russeffendi,
E.T.(1988). Pengantar Kepada Pembantu
Guru dalam Menerapkan
CBSA.
Bandung : Usaha Tarsito.
Sudjana,
Nana. (1987). Cara Belajar Siswa
Aktif dalam Proses Belajar
Mengajar.
Bandung: Sinar Dunia
Sudjana.(1996). Metode Statistik. Bandung : Tarsito.
Soedjadi,
R.(1990). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia.
Jakarta:
Depdiknas.
Surakhmad,
Winarno.(1990). Pengantar Ilmiah Dasar
Metode dan Teknik.
Bandung
:Tarsito.
Suherman,Herman.(1992).
Strategi Hasil Belajar dan Umpan Balik.
Jakarta :
Rineka
Cipta.
Suryabrata,Sumadi.(1983).
Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Gravindo
Persada.
[3] Tohaputra, Ahmad, … h. 434.
[10]Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta :
Rajawali Pers, 2011) h. 26
[11]Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,
(Bandung : JICA, 2003) h. 7
[12]Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2008) h.57
[13]Oemar Hamalik, … , h. 66
[15]Erman Suherman, dkk , … ,h. 57
[16]Erman Suherman, dkk , … , h. 58
[19] Lex Mc. Kee, The Accelerated Trainer: Revolusi Pelatihan Sukses dengan Teknik Accelerated Learning. (Bandung:
PT. M Izan Pustaka, 2008), h. 27
[20] Dave Meier, The Accelerated
Learning Handbook: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan
Pelatihan. (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2004), cet ke-5, h. 98
[21] Moh.
Amien.” Mengajarkan ilmu pengetahuan alam
dengan mengunakan metode discovery dan inquiry. Jakarta.1997, hal. 19.
[28] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:PT
Remaja Rosdakarya, 1999), Cet. Ke-6, hal . 35
Persada.1983,
hal. 43
[35] Prawironegoro,
Praktiknyo.(1985). Evaluasi Mengajar Khusus Analisis Soal Bidang Studi
Matematika. Jakarta: P2LPTK,...,h.1
[36] Prawironegoro,
Praktiknyo.Evaluasi Mengajar Khusus Analisis Soal Bidang Studi
Matematika. Jakarta: P2LPTK. 1985, hal.14.
[37] Prawironegoro,
Praktiknyo. Evaluasi Mengajar Khusus Analisis Soal Bidang Studi
Matematika. Jakarta: P2LPTK. 1985, hal.16.
[38] Suharsimi. Arikunto.
(2002). Manajemen Penelitian . Jakarta
: Rineka Cipta.2002, hal. 171.